SERGAI, ARKAMEDIA – Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Provinsi Sumatera Utara, dikenal sebagai daerah yang kaya akan keragaman budaya dan etnis. Di antara berbagai suku yang hidup berdampingan, keberadaan masyarakat Banjar turut memberikan kontribusi penting dalam perjalanan pembangunan daerah ini.
Sejarah Kehadiran Orang Banjar di Sergai
Orang Banjar berasal dari Kalimantan Selatan yang dikenal dengan budaya maritim, perdagangan, dan religiusitas Islam yang kuat. Mereka mulai merantau ke berbagai daerah di Indonesia sejak berabad-abad lalu, termasuk ke Sumatera. Di Serdang Bedagai, komunitas Banjar telah lama menetap dan berbaur dengan masyarakat lokal, terutama di kawasan pesisir dan perkebunan.
Kontribusi dalam Bidang Pertanian dan Perdagangan
Masyarakat Banjar dikenal memiliki etos kerja yang tinggi, khususnya dalam sektor pertanian dan perkebunan. Banyak warga Banjar di Sergai yang mengembangkan usaha di bidang sawah, palawija, hingga perkebunan kelapa sawit dan karet. Selain itu, jiwa dagang yang melekat pada orang Banjar juga memberi warna pada sektor perdagangan, baik di pasar tradisional maupun usaha skala besar.
Peran Sosial dan Budaya
Selain di bidang ekonomi, masyarakat Banjar juga aktif menjaga kerukunan sosial. Tradisi Banjar yang menjunjung tinggi nilai kekeluargaan, gotong royong, dan religiusitas membuat mereka mudah diterima di tengah keberagaman etnis Sergai. Tradisi keagamaan, seperti peringatan Maulid Nabi, tahlilan, hingga kesenian hadrah, turut memperkaya kehidupan sosial budaya daerah.
Keterlibatan dalam Pembangunan Daerah
Dalam pembangunan Kabupaten Serdang Bedagai, orang Banjar tidak hanya hadir sebagai masyarakat biasa, tetapi juga terlibat dalam dunia pendidikan, birokrasi, hingga politik. Banyak tokoh Banjar yang berperan di tingkat desa, kecamatan, maupun kabupaten, baik sebagai tokoh agama, aparatur pemerintahan, maupun pelaku usaha yang menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.
Menjaga Identitas di Tengah Keberagaman
Meskipun telah berbaur dengan masyarakat lain seperti Melayu, Jawa, Batak, Minang, dan etnis lainnya, masyarakat Banjar di Sergai tetap menjaga identitas budaya mereka. Bahasa Banjar, kuliner khas seperti ketupat kandangan atau soto Banjar, serta adat pernikahan Banjar masih dipertahankan, sekaligus menjadi bagian dari mosaik kebudayaan Serdang Bedagai.
Harapan ke Depan
Dengan semangat kebersamaan, keberadaan orang Banjar di Kabupaten Serdang Bedagai diharapkan terus memberi kontribusi positif dalam memperkuat persatuan dan meningkatkan kesejahteraan. Pemerintah daerah pun diharapkan semakin memberikan ruang partisipasi bagi semua etnis, termasuk Banjar, agar pembangunan dapat berjalan inklusif dan berkelanjutan.

Orang Banjar di Bawah Kepemimpinan Darma Wijaya – Adlin Tambunan
Kepemimpinan H. Darma Wijaya sebagai Bupati dan H. Adlin Tambunan sebagai Wakil Bupati Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) periode ini tak hanya menekankan aspek infrastruktur dan ekonomi, tetapi juga perhatian terhadap keragaman budaya. Bagi komunitas Banjar, pemerintahan “Wiwik-Adlin” menunjukkan bahwa identitas budaya mereka mendapatkan pengakuan dan dukungan nyata dalam pembangunan serta kehidupan sosial.
Peresmian Kampung Budaya Banjar & Kuliner “Sarjana”
Salah satu langkah konkret yang menonjol adalah peresmian “Sarjana” atau Sarapan Jajanan Nusantara Kampung Budaya Banjar di Desa Lubuk Cemara, Kecamatan Perbaungan. Acara ini dilakukan pada perayaan Hari Jadi ke-20 Kabupaten Sergai, Minggu, 7 Januari 2024.
Dilansir sejumlah sukber, Bupati Darma Wijaya menyampaikan apresiasi terhadap gagasan warga Banjar yang memadukan kuliner dan budaya, menjadikannya sebagai daya tarik wisata sekaligus sumber pendapatan ekonomi lokal.
Ia juga menyebut bahwa keberadaan kampung kuliner ini penting untuk melestarikan makanan khas Banjar dan memperkenalkan kuliner “Urang Banjar” sehingga orang Banjar yang ada di Sergai merasakan sebuah kangen budaya.
Wakil Bupati Adlin Tambunan ikut memberikan dukungan dan apresiasi terhadap kegiatan tersebut, termasuk mekanisme kreatif seperti alat pembayaran koin buluh dan stan-stan jajanan serta hiburan budaya Banjar.
Kehadiran kampung budaya Banjar ini menunjukkan bahwa pemimpin Sergai menyadari pentingnya budaya lokal sebagai bagian dari identitas dan sebagai salah satu instrumen pembangunan pariwisata dan ekonomi rakyat.
Pelestarian Tradisi Budaya: Aruh Maulud Banjar
Pemerintah Sergai juga tampak aktif dalam pelestarian tradisi religi dan budaya Banjar melalui partisipasi dalam peringatan Aruh Maulud Banjar, sebuah tradisi masyarakat Banjar untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Wabup Adlin Tambunan menghadiri Aruh Maulud Banjar di Masjid Jami, Dusun I, Desa Lubuk Cemara, dan menyebut bahwa tradisi ini sudah puluhan tahun menjadi bagian dari sejarah Urang Banjar yang bermigrasi dan menetap di Sergai.
Dalam pidatonya beberapa waktu lalu dengan berbagai sumber, Adlin menegaskan bahwa tradisi seperti Aruh Maulud Banjar menjadi ikon budaya yang menghubungkan orang Banjar dengan masyarakat umum, memperkuat toleransi, dan menjaga ikatan sosial antar kelompok etnis.
Dengan demikian, budaya Banjar tidak hanya diakui secara formal, tetapi juga diperlakukan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat lokal, didukung oleh pemerintah melalui kehadiran pejabat tinggi daerah.
Ruang Bagi Kontribusi Orang Banjar dalam Pembangunan
Beberapa aktivitas pemerintahan menunjukkan bahwa pemimpin Sergai memberi ruang bagi masyarakat Banjar untuk turut ambil bagian dalam pembangunan:
- Pemberdayaan ekonomi lokal melalui wisata budaya dan kuliner
Dengan dukungan atas kampung budaya Banjar dan kuliner, warga Banjar dapat menjadi pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM), penjual makanan khas, serta penyelenggara budaya lokal. Ini membuka peluang ekonomi tambahan dan juga memperkuat identitas budaya. - Keterlibatan dalam kegiatan sosial-keagamaan dan budaya
Peringatan budaya Banjar seperti Aruh Maulud, dilibatkan dalam agenda pemerintah daerah. Partisipasi pejabat seperti Adlin Tambunan membantu memperkuat legitimasi tradisi dan menjembatani antara kelompok etnis Banjar dengan masyarakat luas. - Penciptaan ruang publik dan inisiatif partisipatif
Pembentukan stan-stan kuliner, pentas seni budaya Banjar di kampung budaya, penggunaan media lokal untuk mengenalkan budaya Banjar menunjukkan bahwa bukan hanya pemerintah yang memberi izin, tetapi juga menginisiasi ruang bagi budaya Banjar muncul ke publik.
Tantangan dan Harapan
Meskipun banyak langkah positif, beberapa tantangan tetap ada:
Menjaga agar kegiatan budaya tidak menjadi sekadar simbolik, tetapi memiliki dampak ekonomi dan sosial yang berkelanjutan untuk komunitas Banjar.
Memastikan bahwa identitas Banjar diperlakukan dengan adil, tanpa dipinggirkan atau dijadikan objek wisata semata, tetapi sebagai bagian integral dari kehidupan masyarakat dan pembangunan kebijakan.
Memfasilitasi generasi muda Banjar untuk terlibat lebih aktif dan memiliki akses terhadap pendidikan, kepemimpinan, dan kesempatan usaha di dalam kerangka budaya mereka sendiri.
Harapan ke depan, di bawah kepemimpinan Darma Wijaya dan Adlin Tambunan, agar program-program budaya Banjar terus dikembangkan, mendapatkan dukungan anggaran, dan menjadi bagian dari strategi pembangunan inklusif yang menghargai pluralitas budaya di Sergai.
Red)

